30/05/11

Study Tour ke Luar Angkasa, Mengapa Tidak?


ilustrasi VSS Enterprise 2 di luar angkasa | image from Zedomax.com
ilustrasi VSS Enterprise 2 di luar angkasa | image from Zedomax.com
Berwisata ke luar angkasa akan akan menjadi kenyataan dalam beberapa tahun ini. Pesawat luar angkasa akan menjadi hal yang lumrah terlihat di bandara-bandara komersial. Pun beberapa perusahaan saat ini telah menawarkan paket perjalanan pendek sub-orbital dengan harga bervariasi. Di antaranya adalah Virgin Galactic  dan XCOR Aerospace di Mojave, California. Kedua perusahaan ini masing-masing menawarkan 200.000 USD dan 95.000 USD untuk tiap kursi wisatawan. Memang sekilas tampak mahal, tetapi jauh lebih murah daripada biaya riset dan peralatan yang harus dibayar jika pergi ke luar angkasa menggunakan fasilitas NASA.
Perusahaan lain yang menawarkan perjalanan wisata sub-orbital adalah Blue Origins (yang dibentuk oleh Jeff Bezos, pendiri Amazon.com bekerja sama dengan Armadillo Aerospace) dan Masten Space System, Inc. (yang hanya menawarkan perjalanan bagi piranti penelitian ruang angkasa). Pesawat-pesawat ruang angkasa ini memang dirancang untuk melakukan perjalanan harian, setidaknya sekali sehari. Bahkan pesawat Lynx (milik XCOR) dirancang untuk mampu melakukan 4 kali perjalanan bolak-balik dalam sehari. Tes terbang Lynx akan dilakukan tahun 2011 ini.
Namun paket wisata ini juga dimanfaatkan oleh peneliti. Menurut Dr. S. Alan Stern, associate vice president pada Space Science & Engineering Division di Southwest Research Institute (SRI), SRI juga telah membeli 8 tiket perjalanan sub-orbital dari Virgin Galactic seperti yang diumumkan dalam press release 28/1/2011 kepada The New York Times. Institusi ini juga telah membeli 6 tiket wisata dari XCOR Aerospace.  Perjalanan wisata sub-orbital ini merupakan peluang emas bagi ilmuwan untuk melakukan berbagai penelitian dengan biaya cukup murah. Sementara wisatawan duduk di bangku penumpang sambil menikmati pemandangan, para ilmuwan dapat duduk di bangku lainnya sambil membawa piranti penelitian.
Namun demikian, menurut George T. Whitesides (Chief Executive SRI), tentunya wisatawan dan ilmuwan  akan menaiki penerbangan yang berbeda agar kedua kategori penumpang ini tidak saling “mengganggu”.  Selain itu, Whitesides juga mengungkapkan bahwa perjalanan sub-orbital akan menjadi bisnis yang besar, baik bagi wisatawan maupun ilmuwan sebagai konsumen. Virgin Galactic saja pada awal 2011 ini telah memiliki sekitar 400 calon konsumen.
Selain itu, walaupun seandainya hanya segelintir perusahaan yang benar-benar berhasil mewujudkan perjalanan wisata sub-orbitas, maka dalam 2-3 tahun ke depan akan terjadi ratusan perjalanan ke luar angkasa setiap tahun. Jumlah akumulasi waktu yang dihabiskan untuk penelitian-penelitian yang dilakukan pada  kondisi tanpa bobot pun akan melampaui ISS (International Space Station) yang telah berada di luar angkasa lebih dari satu dekade.
Beberapa eksperimen yang akan dilakukan oleh SRI pada kondisi tanpa bobot antara lain meneliti kelakuan materi berupa debu dan bebatuan yang berada di permukaan asteroid. Selain itu mereka juga akan menerbangkan teleskop ultraviolet seperti yang pernah dibawa oleh pesawat ulang alik Discovery pada tahun 1997. Pengukuran detak jantung dan tekanan darah manusia dalam kondisi tanpa bobot pun sudah direncanakan untuk diteliti dengan memanfaatkan perjalanan sub-orbital.
Beberapa ilmuwan lain yang sangat tertarik dengan perjalanan “murah” sub-orbital ini antara lain adalah Prof. Dr. Joshua Colwell, pakar Fisika dari University of Central Florida. Ia sedang melakukan penelitian bagaimana debu di luar angkasa dapat menggumpal menjadi besar dan akhirnya membentuk planet. Dr. Colwell pernah dua kali menggunakan Discovery pada tahun 1998 dan 2001, namun penelitiannya terpaksa berhenti. Dengan adanya perjalanan wisata sub-orbital ini, Dr. Colwell berpeluang untuk meneruskan penelitiannya.
Perjalanan wisata sub-orbital “hanya” mencapai kecepatan 17.500 mph (28.000 km/jam) sehingga tidak dapat mencapai kecepatan orbit, namun lintasan pesawat yang membentuk busur parabolik saat kembali ke Bumi menyebabkan kondisi tanpa bobot selama beberapa menit. Dalam kondisi tanpa bobot itulah para ilmuwan beraksi. Sementara itu wisatawan dapat merasakan sensasi tanpa bobot seperti selayaknya astronot.
Meskipun “hanya” merupakan perjalanan sub-orbital, dan belum benar-benar mengorbit di luar angkasa, terobosan yang dilakukan beberapa institusi di atas merupakan awal dari trend wisata ke luar angkasa. Hal ini selaras dengan Visi Antariksa Terpadu yang dikemukakan oleh begawan astrofisika dan kosmologi. Prof. Dr. Stephen Hawking. Dr. Hawking bersama dengan Buzz Aldrin (manusia kedua yang berhasil menginjakkan kaki ke Bulan dengan Apollo 11 yang terkenal itu) berkeinginan untuk merintis koloni manusia di luar angkasa. Meskipun terdengar seperti khayalan namun barangkali ini adalah solusi bagi berbagai masalah lingkungan dan kelaparan di Bumi, sementara jumlah penduduk semakin meningkat.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger