autoevolution.com
Jakarta - Selama ini sebagian besar orang menilai kelelahan di saat mengemudi tak terlalu bahaya dibanding mabuk atau mengantuk. Padahal, anggapan seperti itu tidak tepat.
Pasalnya, beberapa penelitian dan kejadian kecelakaan yang terjadi selama ini membuktikan bahwa kelelahan yang memicu rasa kantuk telah menjadi penyebab 37 persen dari total 100 kejadian kecelakaan di Amerika Serikat setelah mabuk yang mencapai 59 persen.
“Kelelahan dan mengantuk menyebabkan kecelakaan yang lebih fatal. Sebab pada saat seperti itu, saraf sensorik dan motorik lemah sehingga refleks seseorang juga melemah,” tutur Thomas J Balkin, National Sleep Foundation, seperti dilansir New York Times, beberapa waktu lalu.
Kondisi serupa juga banyak terjadi di Indonesia. Hanya, selama ini sebagian besar masyarakat karang yang memperhatikan.
Tak sedikit di antara kecelakaan yang terjadi di tanah air disebabkan oleh pengemudi yang kelelahan karena menyetir lebih dari dua jam dan akhirnya mengantuk. “Kalau pun ada yang menyadari dan kerap menerima informasi tentang risiko fatal akibat kelelahan, banyak yang mengacuhkannya,” tutur Reza Satria Wirawan, instruktur safety driving di sebuah perusahaan ban multinasional saat ditemui di Jakarta, Rabu (5/4).
Umumnya, kata Reza, orang menganggap mengemudi saat kelelahan adalah tindakan legal karena tidak ada aturan atau undang-undang yang melarangnya. Pada sisi lain, pengguna jalan lainnya juga bersikap permisif alias tidak protes.
Lantas bagaimana cara mengatasi bila rasa kelelahan mendera kala Anda di tengah perjalanan jauh? Apa saja yang patut dihindari untuk mencegah rasa kantuk? Berikut Reza berbagi tips untuk Anda :
1. Jangan mengemudi lebih dari tiga jam
Mengemudikan mobil selama tiga jam terus menerus tanpa henti menyebabkan saraf sensorik dan motorik seseorang yang menenggak minuman beralkohol dengan kandungan 40 persen. Hal itu bisa terjadi karena kedua saraf tersebut mengalami ketegangan karena orang yang bersangkutan dituntut untuk konsentrasi memperhatikan jalan dan kondisi mobil.
“Sekuat apa pun seseorang, bila kedua syaraf itu harus tegang dalam waktu tiga jam, mereka akan kelelahan juga. Efeknya tindakan refleks dan konsentrasi menurun,” ujar Reza.
2. Istirahat sejenak dan olah raga ringan
Cara lain menghilangkan kelelahan dan mengantuk adalah beristirahat. Bila dalam perjalanan Anda sudah mulai merasakan tanda-tanda kelelahan dan kantuk sebaiknya menghentikan kendaraan dan beristirahat.
Berbaring atau tidurlah selama 30 menit atau minimal 20 menit. Setelah itu, sempatkan untuk berolah raga ringan sekitar 5 menit dengan urutan bagian tubuh paling atas yaitu kepala, bahu, lengan tangan, bahu, lutut, dan tungkai.
Lakukan gerakan menarik ke atas, memutar, dan melipat. “Melalui gerakan yang berurutan secara benar, maka otot bisep dan trisep akan kembali segar dan asam laktat di otot-otot teredusir,” terang Reza.
Selain itu, aliran darah pun lancar.
3. Jangan banyak mengkonsumsi karbohidrat
Selain beristirahat setelah mengemudi selama tiga jam, hal lain yang patut dihindari adalah mengkonsumsi karbohidrat terutama nasi dan roti gandum. Sebab, zat tersebut berpotensi memicu rasa kantuk.
Hal itu bisa terjadi karena L-Tryptophan atau asam amino esensial di karbohidrat akan diubah menjadi niacin dan vitamin B. Sementara niacin memproduksi serotonin.
“Serotinin, menurut pakar kesehatan, akan merangsang otak untuk menimbulkan rasa nyaman di tubuh. Nah, rasa itulah yang kemudian memicu ras kantuk,” terang Reza.
Terlebih pada saat yang bersamaan, asam amino lainnya juga masuk ke dalam darah. Pada saat itulah, kandungan L-Tryptophan semakin besar sehingga rasa kantuk pun menjadi-jadi.
Sebagai ganti karbohidrat selama perjalanan, makanlah buah atau coklat. Vitamin dalam buah tidak saja menyegarkan otot-otot dan menguatkan syarat motorik tetapi juga baik untuk menguatkan syaraf sensorik di tubuh.
Adapun cokelat mengandung zat fenol antioksidan. Zat tersebut selain menangkal racun di dalam tubuh yang terbawa di makanan yang dikonsumsi, juga menjaga sel-sel otot tubuh termasuk syaraf motorik dan sensorik.
4. Minumlah kopi bila terpaksa
Namun satu hal yang patut dicatat adalah, kafein yang ada di kopi bukanlah menyehatkan atau membuat sel-sel tubuh kita bugar atau sehat. Zat tersebut sejatinya justru menimbulkan zat yang tidak bersahabat bagi tubuh dan zat dan hormon yang ada di tubuh bereaksi melawannya.
“Sehingga, setelah minum kopi tubuh terasa segar. Padahal, sejatinya pada saat itu tubuh tengah mati-matian melawan kafein,” kata Reza.
Hal itu bisa terjadi karena kafein yang ada di kopi merangsang produksi asam lambung. Sementara, zat asam tersebut menjadi media yang subur bagi tumbuhnya beberapa bakteri racun.
Oleh karena itu, pada saat itulah tubuh melakukan perlawanan secara otomatis. Beberapa zat anti racun di dalam tubuh bekerja ekstra keras. Pada saat itulah orang yang minum kopi merasa tubuhnya kembali bugar.
0 komentar:
Posting Komentar